Honeymoon Road Trip Bogor – Bali – Lombok 1 Bulan

0
759

Pertama kalinya lagi setelah sekian lama aku bisa jalan-jalan. Karena pandemi, jadinya semua rencana traveling aku ke-pending. Rencana ke Eropa aku pun masih belum tau nasibnya gimana. Tapi aku percaya semua ini ada hikmahnya. Karena ga traveling, aku bisa save money untuk menikah dan bahkan honeymoon ke Bali & Lombok selama 1 bulan 😀 Jujur aja ini pertama kalinya aku traveling selama ini, biasanya paling lama 10 hari doang.

Budget awal kami itu max 30jt totalnya untuk berdua selama 3 minggu, karena memang awalnya kami rencana hanya 3 minggu saja. Tapi akhirnya kami extend 1 minggu lagi, jadi totalnya 1 bulan. Budget aktual nya jadinya lebih 7jt dari yang seharusnya. Jadi total pengeluaran kami selama 1 bulan Road Trip Bogor – Bali – Lombok ini ialah 37jt.

Karena masih pandemi, jadi kami memutuskan untuk Road Trip saja agar lebih aman. Untungnya suami kuat nyetir nya, padahal dia juga baru pertama kali nyetir sejauh itu. Kalau aku sebelumnya sudah pernah dua kali Road Trip dari Bogor ke Bali bersama orangtua dan keluarga. Berarti ini yang ketiga kalinya. Namun kali ini untuk pertama kalinya aku lanjut ke Lombok juga dan sampai selama ini. Walaupun kami selama 1 bulan di Bali & Lombok, suami tetap WFH. Jadi aku kadang keluar main sendirian di sekitar hotel pas suami lagi WFH.

Road Trip itu memang melelahkan dan banyak suka duka nya, tapi ada pengalaman unik nya tersendiri. Pengalaman yang bikin aku kapok dan ga akan mau aku coba lagi adalah Naik Ferry dari Bali ke Lombok dan sebaliknya. Ya jadi karena aku road trip, untuk menyebrang antar pulau harus pakai ferry yang bisa angkut mobil juga. Kalau ferry Jawa-Bali sih ga masalah ya, lagian udah 2x juga naik ferry itu. Nah tapi kalau Bali-Lombok dan sebaliknya itu yang aku belum pernah dan aku langsung kapok. Baca pengalaman aku naik ferry Bali-Lombok dan sebaliknya di post ini juga.

Dari Bogor ke Sidoarjo

New item by Jeane Rooseline / Google Photos

Pagi itu tanggal 28 Oktober 2021 aku bangun pk04.30 untuk siap-siap berangkat Road Trip. Sebelum berangkat itu kami sudah mengisi kartu e-toll dulu sekitar 1jtan. Ini budget e-toll perkiraan kami dari Bogor – Bali. Perjalanan dimulai dari Bogor pk06.17. Meskipun masih ngantuk, tapi aku excited banget karena akhirnya aku bisa jalan-jalan lagi setelah sekian lama. Tidak hanya itu, aku juga akhirnya bisa refreshing dari drama wedding yang bikin stress dan pusing kepala. Aku rasa ini pentingnya honeymoon sih, untuk melepas stress dari drama-drama wedding.

Kami berhenti sejenak untuk makan siang di Rest Area KM 456 Salatiga yang katanya merupakan Rest Area Terindah se-Indonesia, karena bisa melihat gunung Merbabu dari sini. Sayangnya karena waktu itu cuaca agak mendung, jadi gunungnya ga keliatan. Cuma emang Rest Area nya bagus dan bersih. Oh ya, di Rest Area ini dan setelah-setelahnya itu ga ada pom bensin, cuma rest area aja. Jadi kalau bensin nya udah tinggal sedikit, harus diisi sebelum ke Rest Area sini. Soalnya agak susah cari pom bensin di Rest Area dekat sini, harus keluar tol dulu baru ada.

Kami menginap 2 malam di Sidoarjo, Jawa Timur untuk istirahat, karena ga kuat kalau langsung ke Bali. Sekitar 12 jam dari Bogor – Sidoarjo,  sampai di Sidoarjo itu udah sekitar jam 6 sore. Keesokan harinya, kami swab Antigen dulu untuk bisa menyebrang ke Bali. Kami juga beli tiket ferry dari Jawa ke Bali setelah hasilnya sudah keluar. Kami beli tiketnya online, lewat Ferizy.com. Ini situs resmi dari Indonesia Ferry juga. Karena kami bawa mobil, jadi pilih Jenis Pengguna Jasa nya yang Golongan IVA. Biayanya Rp182.500/mobil, ditambah biaya admin Rp2.050. Jadi totalnya Rp184.550 untuk sekali jalan per mobil. Kami pesan kapal ferry nya untuk jam 2 siang.

Dari Sidoarjo ke Pelabuhan Ketapang

New item by Jeane Rooseline / Google Photos

Tanggal 31 Oktober 2021, kami berangkat dari Sidoarjo jam 6 pagi. Perkiraan sampai di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi itu jam 12 siang. Selama dijalan, kami disuguhkan dengan pemandangan indahnya gunung, sawah, hutan, dll. Kalau pemandangan dari Bogor ke Sidoarjo sih kebanyakan cuma jalan tol aja, cuma emang ada jalan tol yang pinggirnya ada pemandangan indah seperti gunung gitu.

Sesampainya di Pelabuhan Ketapang sesuai perkiraan yaitu jam 12 siang. Kami langsung cari makan dulu sebelum naik ke kapal. Di dekat pelabuhan itu ada restoran yang menjual Ayam Betutu enak. Namanya Ayam Betutu Goreng Mbak Timah. Restoran ini ada 2 cabang, waktu itu aku makan di cabang kedua nya. Kalau disini harus pesan yang Ayam Betutu Goreng nya, karena itu yang paling enak dan terkenal. Yang bikin Ayam Betutu Goreng disini spesial adalah karena bumbunya dan cabe goreng nya. Ini jadi salah satu favorit nya suamiku.

Naik Ferry Jawa – Bali (Pelabuhan Ketapang – Pelabuhan Gilimanuk)

New item by Jeane Rooseline / Google Photos

Selesai makan siang, kami langsung masuk ke Pelabuhan pk12.37 dan harus scan aplikasi Peduli Lindungi dulu. Selanjutnya ada pengecekan e-ticket ferry yang sudah kami beli sebelumnya dan hasil test antigen H-1 juga. Kami masuk kapal jam 1 siang, padahal beli tiketnya untuk jam 2 siang. Jadi kapal langsung berangkat aja kalau kami sudah sampai di Pelabuhan, ga perlu sesuai dengan jadwal. Di dalam kapal sih sepi untungnya. Ferry dari Jawa – Bali ini hanya memerlukan waktu 1 jam. Kami pun sampai di Bali jam 2 siang WIB, alias jam 3 sore WITA.

Dari Pelabuhan Gilimanuk – Seminyak

Karena kami menginap di Seminyak, jadi dari pelabuhan Gilimanuk kami langsung menuju ke hotel kami di Seminyak. Perkiraan sih sekitar 3 jam setengah perjalanannya. Jadi harusnya sampai hotel itu sekitar pk18.30 WITA. Tapi ternyata waktu itu macet banget, banyak truk, dan hujan besar. Mungkin karena hujan besar, jadinya truk-truk itu jalannya lambat-lambat semua. Hujannya juga awet banget, ga berhenti sampai kami di Seminyak pk20.30 WITA. Sekitar 2 jam stuck di jalan. Yang harusnya hanya 3 jam setengah, jadinya 5 jam setengah dari Pelabuhan Gilimanuk ke Seminyak.

Kami juga laper banget belum makan malam. Mau pesen Go-Food juga ga ada driver nya karena masih hujan. Untung ada restoran buka di depan hotel. Itu juga mata dan badan udah tinggal 10 watt deh, cape dan ngantuk banget tapi laper juga. Soalnya kami juga hari itu berangkat dari Sidoarjo jam 6 pagi, sampai di Bali jam 8.30.

Minggu 1: Seminyak & Nusa Dua, Bali

Selama di Bali, kami jarang banget naik mobil. Karena suami juga WFH, dan kami menginap di Seminyak yang dimana area nya enak untuk jalan kaki. Banyak cafe, restoran, pub/bar yang menarik dan masih ramai di saat pandemi seperti ini. Banyak bule juga disini, udah seperti balik ke jaman sebelum COVID deh. Tapi ini cuma di daerah tertentu, seperti di Seminyak. Kalau daerah lain, sebut saja Legian. Daerah itu udah bener-bener mati, seperti ga ada kehidupan. Kami menginap di Seminyak selama 1 minggu, tapi ada 1 malam dimana kami menginap di Nusa Dua.

Naik Ferry dari Bali ke Lombok (Pelabuhan Padang Bai – Pelabuhan Lembar)

Ini adalah part yang paling aku ga suka selama road trip ini. Pertama kalinya dan terakhir kalinya deh aku naik ferry dari Bali ke Lombok. Jadi ceritanya gini, aku sebelum berangkat udah cari-cari info mengenai ferry dari Bali ke Lombok tapi emang minim banget info nya. Aku cek di website Indonesia Ferry, ferry dari Bali (Pelabuhan Padang Bai) ke Lombok (Pelabuhan Lembar) itu berangkat tiap 1 jam sekali. Tiket online tidak tersedia. Jadi harus beli tiket on the spot. Biayanya Rp917.000 sekali jalan untuk kendaraan beroda empat. Lalu baca-baca artikel harus isi e-toll dlu karena beli tiket on the spot itu maksudnya pake e-toll.

Ternyata benar harus memakai kartu e-toll, untung udah isi dulu. Tapi biayanya ternyata Rp1.023.000 sekali jalan. Lalu kapal nya juga harus nunggu muatan dulu baru jalan. Jadi aku sampai di Pelabuhan Padang Bai kan jam 12 siang, terus nunggu sampai jam 1 siang. Jam 1 juga ngantri dulu untuk bisa masuk ke dalam kapal ferry nya. Jam 1.30 siang aku udah di dalam kapal, dan kapalnya masih belum berangkat. Baru berangkat jam 2 siang. Perjalanan harusnya 4 jam, harusnya sampai di Lombok jam 6 sore kan. Eh ternyata dramaga nya penuh, ga bisa docking. Jadi harus nunggu antrian supaya kapal nya bisa keluar. Akhirnya baru keluar dari kapal itu pk19.15.

Bayangin aja dari jam 12 siang sampai jam 7 malam yang waktunya habis cuma buat nunggu dan antri terus. Beda banget sama kapal ferry Jawa-Bali dan sebaliknya yang super cepet, bisa beli tiket online, ga ribet dan gampang. Selain itu juga, kapal ferry dari Bali-Lombok ini kotor, rame banget, dan banyak yang ga pake masker. Banyak pedagang asongan juga sebelum kapal berangkat. Bener-bener udah kaya naik kereta atau bus ekonomi atau angkot gitu deh. Harganya juga terlalu mahal, 1jt sekali jalan, ga worth it banget. Katanya sih emang ada kapal ferry yang bagus dan mewah gitu. Tapi ternyata banyak yang pakai cara “sogok” untuk bisa dapat kapal ferry yang bagus itu. Harganya juga sama aja dengan yang jelek ini.

Minggu 2: Lombok

New item by Jeane Rooseline / Google Photos

Selama di Lombok, aku kebanyakan menginap di kota Mataram saja. Alasan utama kami ke Lombok juga sebenernya ingin mengunjungi keluarga. Jadi quality time gitu sama keluarga yang ada di Mataram. Kami juga sempat menginap di daerah Senggigi dan Selong Belanak, masing-masing 1 malam saja. Ini adalah kedua kalinya aku menginjakkan kaki di pulau Lombok. Sebelumnya tahun 2017 aku pernah jalan-jalan juga ke Lombok.

Lombok masih belum berubah, masih merupakan pulau cantik yang “perawan”. Hal yang paling aku suka di Lombok adalah makanannya. Ternyata makanan di Lombok itu cocok dengan lidahku, karena banyak yang pedas nya. Ayam Taliwang, Ayam Ibu Fenny G, Nasi Puyung, ini semua favorit aku selama di Lombok.

Naik Kapal Ferry dari Lombok ke Bali (Pelabuhan Lembar – Pelabuhan Padang Bai)

Untuk harga kapal ferry dari Lombok ke Bali sama dengan perginya, yaitu Rp1.023.000, tapi pengalamannya lebih buruk lagi dari sebelumnya. Tiket langsung on the spot juga dengan memakai kartu e-toll. Jadi total biaya naik ferry Bali-Lombok dan sebaliknya ialah Rp2.046.000 per mobil. Saat itu aku sampai di Pelabuhan jam 1 siang. Mobil masuk jam 3 sore, kapal berangkat jam 4 sore, sampai di Bali jam 8.30, kemudian nunggu buat bisa keluar dari ferry itu jam 9 malam. Padahal pas aku sampai sana jam 1 siang, emang ada kapal ferry yang bagus itu. Harusnya aku bisa masuk ke kapal ferry bagus itu dong.

Eh ternyata ironisnya, karena banyak mobil yang udah “menyogok” duluan, jadi mobil-mobil di belakang aku bisa langsung masuk ke kapal ferry itu. Sementara aku masih harus menunggu sampai 2 jam. Tinggal tersisa 2 mobil doang waktu itu, lalu kami pun mau coba masuk ke kapal ferry yang bagus itu tapi katanya udah penuh. Kami pun harus balik arah untuk masuk ke kapal ferry selanjutnya, yang kondisinya jauh lebih jelek dari kapal ferry Bali-Lombok kemarin. Di kapal ini sama sekali ga ada AC, cuma ada jendela doang. Kalau di kapal Bali-Lombok kemarin itu, setidaknya ada area yang pake AC nya.

Bayangin ini dari jam 1 siang sampai jam 9 malam. Udah emosi, lapar, plus naik kapal pas malam-malam pula. Angin laut malam hari itu ga enak banget sih rasanya. Untungnya sih pas ga ujan ya, kalau ujan sih komplit deh penderitaannya. Mana jendela nya dibuka semua, ga ada AC. Setelah keluar dari ferry, aku langsung ga enak badan dan istirahat di hotel di Bali selama beberapa hari. Untungnya dari Pelabuhan Padang Bai ke hotel kami di Ubud ga terlalu jauh, sekitar 1 jam perjalanan dan ga ada macet.

Minggu 3: Ubud, Bali

Ubud adalah area untuk menyepi atau retret di Bali. Saking tenang suasananya, ini jadi tempat untuk healing. Pas banget buat aku yang lagi ga enak badan waktu itu karena naik ferry Lombok – Bali. Selama di Ubud aku jarang kemana-mana, selain karena istirahat juga karena di sekitar hotel juga ga ada apa-apa, cuma ada sawah aja. Agak jauh kalau mau jalan kaki kemana-mana, tidak seperti di Seminyak yang jalan kaki dikit aja banyak tempat yang bisa dikunjungi.

Jadi kalau disini aku harus tunggu suami selesai WFH dulu, baru bisa keluar. Itupun berarti malam hari, dan di Ubud malam hari itu udah sepi. Pernah beberapa kali, saking bingung mau makan dimana, akhirnya dari Ubud kami ke Seminyak untuk makan malam. Ubud juga merupakan salah satu area di Bali yang masih terbilang ramai saat pandemi seperti ini. Ada 1 restoran yang rame banget dan kami ga kebagian tempat saking full nya. Kami juga ga reservasi dulu sebelumnya, karena pikir bakal dapat tempat seperti di restoran biasanya.

Minggu 4: Canggu, Bali

New item by Jeane Rooseline / Google Photos

Sebenarnya pada awalnya kami rencana 3 minggu saja honeymoon nya, tapi karena Bali sangat menarik untuk di explore, kami pun akhirnya extend 1 minggu lagi di Bali. Kami memutuskan untuk menginap di daerah Canggu yang katanya masih rame juga saat pandemi seperti ini. Tapi ternyata Canggu tidak se-rame yang kami pikirkan, masih lebih rame di Seminyak sih. Disini emang banyak cafe dan restoran hits, tapi tidak seramai di Seminyak. Aku dan suami sih lebih suka di Seminyak daripada di Canggu.

Pas weekend, kami sempat day trip dari Canggu ke Kintamani & daerah Besakih. Kami mau mengejar sunrise di Kintamani, tepatnya di Desa Pinggan. Lalu ke Montana Del Cafe, cafe hits yang ada di Kintamani. Terakhir ke daerah Besakih, yaitu ke Taman Edelweis. Karena kami tau di Canggu suasananya mirip dengan Seminyak. Jadi lebih baik day trip saja ke daerah lain di Bali. Dan ternyata day trip ini sangat mengesankan.

Dari Bali ke Bogor

Kalau pas pulangnya dari Bali ke Bogor, tidak terlalu banyak cerita yang menarik karena aku juga kebanyakan tidur di jalan. Bener-bener ga kuat buat ngobrol nemenin suami yang nyetir. Kami waktu itu menginap di Sidoarjo, Jawa Timur lagi 1 malam kemudian menginap di Wonogiri, Jawa Tengah 1 malam juga. Dari Wonogiri sekitar jam 12 siang, sampai di Bogor sekitar jam 10 malam. Ini karena macet banget di jalan, ga tau kenapa. Sampai rumah di Bogor langsung tepar, dan merasa ini semua seperti mimpi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here