Perancis memang mempunyai banyak sekali desa indah, salah satunya ialah La Roque-Gageac yang berada di Dordogne, Barat-Selatan Perancis. La Roque-Gageac ini termasuk ke dalam list desa terindah di Perancis, atau asosiasi Les Plus Beaux Villages De France.
Kami disambut oleh hujan ketika kami tiba di La Roque-Gageac sekitar pk11.30 waktu setempat. Bulan September akhir di Perancis memang tidak bisa diprediksi cuacanya. Kadang bisa hujan, kadang bisa hanya berangin saja, kadang bisa cerah. Untung kami sudah persiapan memakai jaket tebal, syal, topi, sarung tangan, celana tebal juga. Karena hujan, jadi waktu itu sih lumayan dingin disana.
La Roque-Gageac ini adalah salah satu tempat yang paling sering diabadikan dalam fotografi di barat-selatan Perancis. Desa ini berada di tepi kanan Sungai Dordogne dan memiliki populasi sebanyak 412 jiwa. Yang menarik dari La Roque-Gageac ini menurut saya ialah tebing-tebing yang tinggi menjulang dengan pemandangan sungai Dordogne. Kalau kita terus naik ke atas tebing, pemandangannya indah sekali. Dan katanya disini dulunya ada tempat kediaman manusia zaman pra-sejarah. Ada banyak gua-gua juga.
Karena kami masih mau ke Sarlat-la-Canéda, kami pun hanya menghabiskan waktu sekitar 1 jam di La Roque-Gageac. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit atau sekitar 8km dari La Roque-Gageac ke Sarlat-la-Canéda. Kami pun tiba di Sarlat-la-Canéda pk13.00 waktu setempat.
Sarlat-la-Canéda adalah salah satu kota yang paling terkenal dan dikunjungi di Perancis. Sering disebut sebagai “Sarla”, kota ini sudah ada sejak abad pertengahan. Sarlat juga sering dijuluki sebagai negeri dongeng, karena saat kita jalan-jalan di kota ini, berasanya seperti ke jaman pertengahan yang ada di film-film.






Setiap hari Rabu dan Sabtu, di seluruh kota Sarlat diadakan Sarlat Market. Kalau yang hari rabu itu khusus untuk makanan saja, tapi itu juga tidak banyak pilihannya. Kalau mau yang besar dan campur-campur (tidak hanya makanan), harus datang di hari Sabtu. Berikut jadwal Market di Sarlat:
- on Saturday: in the city centre – all products from 8.30 am to 6 pm
- on Saturday morning: Place de la Liberté – food market from 8.30 am to 1 pm
- on Saturday morning in winter only: several markets with award-winning truffles
- on Saturday morning in October: Place du 19 mars 1962 or Place du Marché aux Noix
- on Wednesday morning: small food market – Place de la Liberté from 8.30 am to 1 pm
Waktu itu saya kesana pas hari Sabtu. Tapi karena sudah kesiangan, jadi sudah banyak yang tutup. Tidak seramai yang saya bayangkan. Namanya juga pasar, apalagi ini pasar nya di kota medieval, alias kota dari abad pertengahan, nah disini kita bisa menemukan makanan tradisional khas Perancis seperti Foie Gras dan Truffle Hitam.


Saya sih ogah mencicipi Foie Gras, tapi kalau kamu tidak merasa berdosa memakan itu ya silahkan saja 😛 Foie Gras ini adalah makanan “mewah” yang terbuat dari hati angsa yang proses pembuatannya itu sangat menyiksa si angsa. Rasa foie gras yang katanya sangat lezat, disebut-sebut datang dari penderitaan angsa-angsa itu.


Saya sukaaaa sekali jalan-jalan di kota medieval Sarlat ini. Benar-benar seperti berada di jaman pertengahan gitu. Semua bangunannya terbuat dari batu. Memang inilah bangunan tradisional Perancis, terbuat dari batu. Kami melewati gang-gang kecil, lalu yang kami lihat ialah bangunan-bangunan yang membentuk persegi. Lalu lanjut terus ada gang lagi, dan saya langsung merasa ada yang gak enak, sesuatu yang mistis gitu. Ternyata benar saja, kami menemukan Lanterne Des Morts Sarlat (Lanterns of the Dead), monumen yang ada hubungannya sama kuburan gitu deh. Di dalam monumen ini sih tidak ada apa-apanya. Gelap. Tapi katanya kalau malam hari ada lampu yang menyala gitu. Untungnya waktu itu kami tidak sendirian disana, ada beberapa orang yang mengunjungi Lanterne Des Morts ini juga.


Tidak mau lama-lama di Lanterne Des Morts, kami lanjut jalan lagi. Kami pun menemukan sebuah Katedral bernama Cathédrale-saint-sacerdos. Memasuki katedral ini, hati saya tiba-tiba menjadi tenang dan damai. Setelah keluar dari katedral, kami melanjutkan perjalanan kami menjelajahi kota Sarlat ini. Di seluruh kota Sarlat dipenuhi dengan restaurant, jajanan kaki lima, toko souvenirs, fashions, buah-buahan, dll.


Mulai berasa lapar, kami pun mencari restaurant untuk makan siang. Pilihan restaurant saat itu sudah tidak banyak, karena sudah kesiangan jadi sudah banyak yang tutup. Akhirnya kami memilih restaurant yang pertama kali kami lihat, yaitu Creperie Des Fontaines. Untung saya sudah belajar bahasa Perancis dikit-dikit, bisa lah kalau mau memesan makanan. Pelayannya disini kurang ramah, crepes nya juga sebenarnya biasa saja, ya setidaknya lumayan deh untuk ganjal perut. Kami menghabiskan 88,6 Euro (atau sekitar Rp1.417.600) untuk 8 orang.


Selesai makan, kami melihat ada toko Burger yang juga menjual French Fries, atau dalam bahasa Perancis nya ialah Frites. Pelayan di Les Tontons Burger ini sangat ramah. Bahkan dia sempat basa-basi juga nanya kami asal nya darimana. Awalnya dia kira kami dari China / Taiwan, tapi saya bilang dari Indonesia. Lalu dia bilang, “Terima kasih!” Wow, tidak menyangka dia bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Oh ya, Frites nya juga enak bangett! Pokoknya ini recommended banget deh di Sarlat 😀 Akhirnya saya mencicipi bagaimana rasanya French Fries nya Perancis. LOL.


Kami beli 2 macam Frites, satu yang original, satu lagi kalau tidak salah pakai topping Cheese. Dua dua nya enaakk, tapi tentu saya lebih suka yang pakai topping Cheese. Satu porsi Frites harganya 2 Euro (atau sekitar Rp32.000). Kalau mau pakai topping, tidak usah bayar lagi.
Lalu kami pun jalan-jalan lagi, dan menemukan sebuah taman. Di taman ini saya melihat ada sebuah monumen yang bertuliskan “Aux enfants de Sarlat mort pour la Patrie“, yang artinya “Tribute to the children killed in the First World War.” Pantas saya ada perasaan gak enak lagi saat berada disana, ternyata itu monumen untuk anak-anak yang dibunuh saat Perang Dunia Pertama.


Tak mau berlama-lama disitu, kami pun melanjutkan perjalanan kami mengitari kota indah ini. Kami pun selanjutnya menemukan Place de la Liberté. Disini setiap Rabu dan Sabtu pagi ada Sarlat food market. Tapi kami tidak masuk ke Place de la Liberté nya, kami malah lanjut jalan terus dan tidak jauh dari situ kami menemukan Manoir de Gisson, sebuah bangunan indah yang sudah ada sejak abad ke-13. Begitu saya melihat bangunan ini, tiba-tiba jadi teringat Harry Potter, entah mengapa. Indah sekaliiiii pokoknya. Seperti bangunan yang ada di film-film gitu. Persis di depan Manoir de Gisson ini ialah Place du Marché aux Noix yang ditandai dengan adanya patung angsa, karena ini memang Goose Market Square yang dulunya merupakan area perdagangan angsa. Tidak jauh dari situ kami juga menemukan Fontaine Sainte-Marie, sebuah gua yang ada patung Bunda Maria nya.




Sekitar pk16.00 waktu setempat kami pun meninggalkan Sarlat. Tidak terasa sudah 3 jam kami mengelilingi kota Sarlat. Sarlat memang sebuah kota medieval yang sangat indah. Semua bangunannya terbuat dari batu. Bangunan tradisional Perancis memang seperti itu, terbuat dari batu. Makanya ketika masuk ke dalam ruangan akan terasa dingin.


Saya rasa jika saya ke Perancis lagi, saya pasti akan mengunjungi kota ini lagi. Entah mengapa kota ini bagi saya sungguh sangat berkesan. Walaupun sepertinya saya sudah menjelajahi kota Sarlat ini, tapi saya ingin sekali menjelajahi nya kembali. J’aime à Sarlat! 😀
Hi jeane…
I wonder how did u go from Paris to La Roque-Gageac & Sarlat-la-Canéda? By train or bus?
Hi Amanda,
Okay, let me tell you my whole journey.
– From Paris to Bordeaux, by TGV Train;
– From Bordeaux to St. Foy La Grande, by TER Train;
– From St.Foy La Grande to Plum Village, by Car;
FYI, Plum Village is a Buddhist monastery and meditation center in the Dordogne area. I stayed there for a few nights.
– From Plum Village to La Roque-Gageac & Sarlat-la-Canéda, by Car.
Hi Jeanne.. did you rent a car or using taxi when you say “by car”?. Thank you
Hi! We have a friend drove us in the Dordogne. So, we didn’t need to think about renting car there.