Demi bisa makan pagi di Fu Hang Dou Jiang yang terkenal itu, kami berangkat pagi-pagi dari penginapan. Karena kami takut antriannya panjang lagi seperti hari kedua kami kemarin. Untungnya begitu kami sampai disana, antriannya sedikit sekali. Jadi tidak menunggu lama, kami sudah langsung masuk ke dalam food court nya.


Fu Hang Dou Jiang ini ada di dalam sebuah food court di Huashan Market. Makanan yang harus dicoba tentu cakwe (you tiao 油条) dan susu kacang kedelai (dou jiang 豆浆) nya. Jadi kalau di Taiwan, cakwe itu dimakan bersama susu kacang kedelai, berbeda dengan di Indonesia yang memakai saus kacang. Ini memang merupakan breakfast typical Taiwan banget, sampai ada lagunya juga loh yang berjudul 《Dou Jiang You Tiao 豆浆油条》, by JJ Lin.


Kami pun memesan Soy Milk Hot, Signature Thick Bread with Donut Stick, Soy Milk, dan Signature Thick Bread with Scrambled Eggs. Dan rasanya memang enak! Wajib dicoba ketika lagi di Taiwan 😉


Setelah mengganjal perut, kami memulai perjalanan kami ke Yehliu Geopark yang berada di sisi utara Taiwan, tepatnya di daerah Wanli, New Taipei City. Untuk menuju Yehliu, kami naik bus nomor 1815 dari Taipei Bus Station platform 3 yang tujuannya ke Jinshan 金山. Jinshan ini bisa ke Wanli, Yehliu, dan Dharma Drum Mountain. Perjalanan ke Yehliu membutuhkan waktu sekitar 1 jam.


Sesampainya di Yehliu pk10.30, kami langsung mencari ticket counter nya dimana karena kami belum membeli tiket masuknya. Padahal tiket masuk ke Yehliu ini dijual online juga. Lebih gampang padahal kalau beli online, karena bisa langsung masuk.


Akhirnya kami mulai masuk ke Yehliu Geopark ini sekitar pk11.30. Yehliu merupakan kota nelayan kecil dan mempunyai pantai dengan banyak formasi batuan unik. Ada yang berbentuk jamur raksasa, sepatu sendal, ekor paus, bahkan ada juga yang menyerupai kepala seorang ratu (Queen’s Head).


Bebatuan unik di Yehliu ini sebenarnya ialah batu kapur yang terbentuk akibat erosi Samudera Pasifik yang arusnya sangat deras. Selain itu juga terbentuk akibat pergerakan lempeng bumi Pulau Taiwan yang juga termasuk dalam jalur cincin api. Jadi bentuk bebatuan ini terjadi secara alami.


Cuaca di Yehliu saat itu panas sekali. Panasnya menyengat, sepertinya lebih panas dari Jakarta. Tapi kami cukup amaze sama bentuk-bentuk unik dari bebatuan ini, jadi kami pun menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk foto-foto di Yehliu Geopark ini. Panas dan teriknya matahari tidak mematahkan semangat kami untuk mengabadikan moment disini 😀




Sekitar pk13.00 kami menunggu bus dari Yehliu balik ke Taipei. Namun seperti biasanya, kami menunggu lumayan lama. Jadi kami pun nanya-nanya ke orang lokal, dan kami memutuskan untuk langsung ke Jiufen tanpa balik ke Taipei. Untuk ke Jiufen dari Yehliu, harus naik bus yang ke Keelung dulu. Lalu dari Keelung, naik bus lagi ke Jiufen. Kata orang lokal itu, bus yang dari Yehliu ke Keelung lumayan banyak. Mereka ramah dan baik banget. Saat bus nya datang, kami dipanggilin suruh masuk ke bus itu 🙂
Jadi berkat bantuan orang lokal sana, kami akhirnya naik bus juga yang ke Keelung sekitar pk14.00. Kalau tau begini, lebih baik saya pesen shuttle bus online yang ke Yehliu, Jiufen, dan Shifen. Waktu kami kebanyakan habis di menunggu bus datang soalnya.


Turun di Keelung sekitar pk14.20 waktu setempat. Keelung merupakan kota pelabuhan dan juga tempat mendaratnya ekspedisi Spanyol ke Formosa pada abad ke-17. Disini tidak banyak yang bisa di explore. Cuaca juga panas lembab disana. Kami pun kemudian naik bus yang langsung ke Jiufen.


Jiufen 九份 merupakan sebuah desa kecil yang terletak di atas pegunungan bagian timur laut Taiwan yang menghadap ke Samudera Pasifik. Sesampainya di Jiufen pk15.55, kami langsung melihat pemandangan indah Samudera Pasifik itu.


Jiufen yang terletak di distrik Ruifang, New Taipei City ini dulunya ialah desa yang ditempati oleh 9 keluarga sejak masa dinasti Qing. Saat penjajahan Jepang, desa ini menjadi pusat penambangan emas. Setelah penjajahan selesai, penambangan emas pun berhenti namun bangunan asli yang tradisional itu masih tetap terjaga sampai saat ini.


Jiufen yang sering disebut sebagai “Santorini of Taiwan” ini menjadi sangat terkenal karena menjadi inspirasi latar film anime Spirited Away karya animator dan sutradara Jepang, Hayao Miyazaki. Di Jiufen Old Street ini kita bisa menyusuri gang-gang kecil yang dipenuhi oleh restoran, cafe, makanan, jajanan lokal, toko souvenir, tea house, dll. Ada 1 tea house yang terkenal bernama “A Mei Tea House“, namun sayangnya saya malah ga nemu spot ini. Disini juga ada banyak lampion-lampion gitu. Nuansa nya tradisional sekali disini.


Bahkan kita juga bisa sewa Qipao, alias Cheong sam atau Chinese traditional clothes, gitu disini. Tadinya saya kepikiran juga mau sewa Qipao ini, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan akhirnya ga jadi.
Di Jiufen Old Street ini kami mencicipi berbagai macam jajanan, seperti Baked Mochi, Mochi Ice Cream, dumplings, dll. Kami juga membeli beberapa souvenirs, karena lucu dan murah-murah juga disini. Kami akhirnya menikmati suasana Jiufen ini sampai sekitar pk19.00. Sebenarnya walaupun masih belum puas menyusuri Jiufen, kami harus balik ke Taipei lagi karena sudah ada janji dengan teman lokal Taipei nya teman saya di Raohe Night Market.


Dari Jiufen kami naik bus nomor 1062 menuju Raohe Night Market di Taipei. Begitu sampai Raohe Night Market pk20.00, kami beli Monga chicken dulu, fried chicken kesukaan kami. Setelah itu baru kami bertemu dengan teman lokal Taiwan. Kami diajak makan malam di sebuah restoran yang entah nama nya apa dan dimana. Setelah itu nongkrong di cafe dan kami pun mencicipi bir Taiwan. Ternyata bir Taiwan cukup unik, ada yang namanya Lychee Beer. Kami pun akhirnya pulang ke penginapan sekitar pk01.00.