Ketika merencanakan liburan ke Eropa, kami memasukkan Belanda sebagai negara tujuan kami setelah Perancis. Saya pun mencari informasi mengenai tempat wisata mana saja yang menarik dikunjungi di Belanda dan kemudian mencatatnya. Berdasarkan hasil research di Google dan tanya teman orang Belanda (kebetulan saya memang punya teman orang Belanda), saya kemudian mulai menyusun itinerary untuk 2 hari 2 malam di Belanda. Saya juga mencari tau bagaimana transportasi disana, pakai kartu transportasi apa, naik kendaraan umum nomor berapa, dsb. Karena saya pergi bersama keluarga yang ada 3 orang tua nya, jadi saya harus punya persiapan yang matang.
Itinerary
Hari 1: Amsterdam
Bucket list checked: Foto bersama I amsterdam Sign, Mencicipi Stroopwafel, Mencicipi Holland Cheese (Smoked Cheese, Edam Cheese, Gouda Cheese).
Hari 2: Zaanse Schans, Volendam, Edam
Bucket list checked: Mengunjungi desa kincir angin, mampir ke pabrik sepatu clogs, mampir ke pabrik Holland Cheese, foto memakai pakaian tradisional Belanda, mengunjungi desa pabrik keju Edam.
Kartu Transportasi di Belanda


Ada beberapa pilihan kartu transportasi di Belanda yang biasanya dipakai oleh turis, yaitu I amsterdam City Card, GVB Day Passes, Amsterdam & Region Travel Ticket, dan Amsterdam Travel Ticket. I amsterdam City Card akan berguna kalau kamu sering masuk keluar tempat wisata di Amsterdam, seperti Museum. Ini juga bisa dipakai untuk public transportation yang dioperasikan oleh GVB. Karena banyak promo yang bisa di dapat, seperti Free Canal Cruise, Free Entrace to Museums and some Attractions, Unlimited use for GVB. Harganya untuk 1 hari ialah 65 Euro. Kalau GVB Day Passes ini khusus untuk public transportation yang dioperasikan oleh GVB. Nah, kalau Amsterdam & Region Travel Ticket bisa dipakai untuk public transportation yang dioperasikan oleh GVB, Connexxion, EBS dan NS di Amsterdam dan sekitarnya. Ada lagi, Amsterdam Travel Ticket, kalau yang ini mirip dengan GVB Day Passes tapi udah include tiket kereta PP dari Amsterdam Airport Schiphol ke semua stasiun kereta di Amsterdam. Kartu transportasi ini bisa langsung dibeli di Schiphol Airport dan stasiun kereta di Amsterdam.
Untuk mengetahui mana kartu transportasi yang cocok buat kamu, kamu harus tau dulu rute perjalanannya. Mau kemana-mana aja. Harus disesuaikan dengan itinerary nya. Tapi biasanya sih yang paling laris manis itu kartu transportasi Amsterdam & Region Travel Ticket. Harga Amsterdam & Region Travel Ticket untuk 1 hari ialah 18,5 Euro, 2 hari ialah 26 Euro, dan 3 hari ialah 33,5 Euro. Karena saya rencana mau ke kota lain juga selain Amsterdam, yaitu Zaanse Schans, Volendam, Edam, maka kartu transportasi Amsterdam & Region Travel Ticket ini yang paling cocok buat saya. Kalau cuma di Amsterdam doang sih, lebih baik pakai kartu transportasi GVB Day Passes. Lebih murah soalnya. Saya bahkan sudah coba melakukan hitung-hitungan sederhana. Kalau saya beli tiket one-to-one point sama beli tiket Amsterdam & Region Travel Ticket ini lebih murah yang mana. Ternyata hasilnya lebih murah kalau beli travel ticket.
Nah saya cek jadwal dan tarif public transportation nya itu disini: http://9292.nl/en/. Dari website itu, kita bisa tau kalau kita beli tiket one-to-one point itu berapa duit, terus saya jumlahin semuanya, dan waktu itu hasilnya lebih murah kalau beli travel ticket.


Amsterdam & Region Travel Ticket ini ada yang untuk 1, 2, atau 3 hari. Kalau di Belanda itu, kartu transportasi nya berlaku dari pk00:00 hari pertama sampai pk04:00 hari berikutnya. Jadi, kalau kamu beli 2 hari travel ticket, itu berarti bisa dipakai sampai dengan hari ketiga pk04.00. Waktu itu saya rencana 2 hari 2 malam di Belanda, dan hari ketiga nya saya rencana mau berangkat dari hotel pk05.00, jadi kalau beli Amsterdam & Region Travel Ticket yang 2 hari, sudah tidak bisa dipakai lagi tiketnya. Jadi akhirnya saya putuskan untuk beli Amsterdam & Region Travel Ticket yang berlaku untuk 3 hari. Sebenarnya sayang sih, tapi saya pikir daripada repot beli tiket on the spot disana, apalagi subuh-subuh begitu, dan saya juga bawa rombongan yang ada 3 orang tuanya.
Eh tapi ternyata, pada kenyataannya di hari ketiga subuh-subuh itu kami tidak jadi naik kendaraan umum karena repot bawa-bawa koper yang banyak dan besar. Akhirnya malah naik taxi besar untuk 7 orang yang dipesan di resepsionis hotel saat hari kedua malam harinya. Berasa sayang banget sih itu! Aahhhh.. Kalau saya kepikiran untuk naik taxi di hari ketiga dari awal, saya pasti beli yang 2 hari. Sayangnya baru kepikiran pas udah di Belanda hari kedua 🙁
Hotel di Amsterdam


Saya awalnya sempat kesulitan menemukan penginapan yang cocok di Amsterdam. Kalau di pusat kota Amsterdam nya itu hotel maupun Airbnb harganya mahal banget, kurang lebih mirip sama harga hotel di Swiss loh. Akhirnya saya memilih hotel di pinggiran kota Amsterdam. Masih di Amsterdam nya sih, tapi di Amsterdam West bukan tepat di pusat kota nya. Ada beberapa pilihan hotel yang ok disana: MEININGER Hotel Amsterdam City West, Hotel2Stay, Mercure Amsterdam Sloterdijk Station, dan Golden Tulip Amsterdam West. Semua hotel ini dekat dengan stasiun kereta Sloterdijk. Awalnya saya ingin menginap di Meininger, karena katanya bagus dan murah, apalagi letaknya yang sangat strategis persis di sebelah stasiun kereta Sloterdijk. Tapi setelah baca review nya lagi, hotel ini sebenarnya mirip dengan hostel. Banyak anak muda nya disini. Katanya kurang cocok kalau bawa orangtua, suka berisik itu anak-anak mudanya. Karena saya bawa 3 orang tua juga, akhirnya lebih baik menginap di hotel lain. Dan akhirnya pilihan kami jatuh pada Golden Tulip Amsterdam West. Walaupun memang harus naik tram lagi (1 stop) dari stasiun Sloterdijk untuk sampai di hotel ini. Tapi kami puas dengan Golden Tulip Hotel ini. Tidak mengecewakan! Hotelnya bagus, bersih, nyaman, recommended deh pokoknya! 😉
Restoran yang Recommended di Amsterdam


Makanan di Belanda itu mayoritas enak-enak, cocok di lidah orang Indonesia! Karena sebelumnya saat di Perancis, kami makan nya tidak terlalu enak-enak banget gitu. Pas sampai di Belanda, wah makanannya enak-enak!
Banyak sekali restoran Indonesia disana, kami pun sempat cobain salah satu restoran Indonesia disana, tapi karena asal ketemu doang gitu, rasanya sih kurang enak ya. Tapi waktu itu kami makan di restoran Italia yang letaknya persis di seberang hotel kami, Golden Tulip, nah itu enakkk banget deh makanannya. Nama restorannya ialah La Casa Di Michael. Udah enak, murah juga loh! Pizza nya sekitar 9,5 Euro (atau sekitar Rp152.000). Porsi nya juga besar. Harga segitu untuk ukuran pizza di restoran di Eropa sih sudah termasuk murah ya, karena biasanya main meal harganya 15 Euro.
Terus ada lagi restoran yang recommended, ini restaurant Thailand, namanya Bird Thai Restaurant. Tapi disini harganya lumayan mahal. Saya order Pad Thai yang harganya 15 Euro. Tapi emang luar biasa sih, enak banget Pad Thai nya dan banyak banget porsinya. Itu harusnya porsi untuk 2 orang. Oh ya, saya juga sempat ketemu sama orang Indonesia juga yang lagi makan di restoran ini. Namanya juga orang Indonesia ya, cocok sama makanan Thailand 😀
Hal yang saya suka dan tidak suka di Belanda


Walaupun cuma 2 hari 2 malam jalan-jalan di Belanda nya, tapi kami cukup puas di Belanda. Banyak teman yang berkata, “Ngapain ke Belanda? Kan ga ada apa-apa disana. Kecuali kalau musim semi ada bunga Tulip.” Ga salah juga sih perkataan teman-teman itu. Belanda memang tidak menawarkan alam yang indah, seperti Swiss. Belanda itu flat country. Waktu saya kesana juga, saat bulan Oktober awal, cuacanya benar-benar tidak menentu. Disana sering turun hujan, bisa juga cerah, bisa juga berawan, terus yang paling parah sih anginnya. Kenceng banget angin di Belanda itu. Terus dingin juga anginnya, melebihi Swiss malah. Saya lebih kedinginan di Belanda loh daripada di Swiss!
Tapi ada sisi Belanda yang saya suka juga. Pertama, makanannya yang cocok dilidah orang Indonesia. Lalu keju nya, duh surga banget deh! Saya juga melihat rumah atau bangunannya disana itu unik-unik, seperti di Zaandam. Transportasi di Belanda juga enak dan nyaman. Terus Belanda juga English-friendly, tidak seperti di Perancis yang orangnya tidak mau berbicara bahasa Inggris apalagi di Paris.

